FORMULA PENGUMPUL KEKAYAAN

Minggu, 03 Januari 2010

CARA MELEJITKAN DAN MENGOPTIMALKAN MEMORI


CARA MELEJITKAN DAN MENGOPTIMALKAN MEMORI
A. Pengertian Memori.
Menurut Bruno, memori merupakan proses mental yang meliputi pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan. Memori sesungguhnya merupakan fungsi mental yang menyimpan informasi yang kita tangkap dan ia merupakan storage sistem, yakni sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat dalam otak manusia.
            Menurut Best, sistem sebelum masuk dan diproses oleh subsistem akal pendek (short term memori) terlebih dahulu disimpan sesaat atau tepatnya lewat, karena hanya dalam waktu sepersekian detik, dalam tempat penyimpanan sementara yang disebut sensory memory alias sensori register yakni subsistem penyimpanan pada syaraf indera penerima informasi. Dalam dunia kedokteran subsistem ini disebut “syaraf sensori” yang berfungsi mengirimkan impuls ke otak.
            Dengan demikian, struktur sistem akal manusia terdiri atas tiga subsistem, yakni: sensori register, short term memory, dan long system memory. Istilah memori dalam hal ini lazim juga disebut “storage” atau tempat penyimpanan informasi.
            Ditinjau dari sudut informasi dan pengetahuan yang disimpan, memori manusia itu terdiri atas dua macam.
  1. Semantic memory (memori semantik), yakni memori khusus yang menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian.
  2. Episodic memory (memori episodik), yaitu memori khusus yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.
            Menurut Reber, dalam memori semantik, informasi yang diterima ditransfomasikan dan diberi kode arti, lalu disimpan atas dasar arti itu. Jadi, informasi yang kita simpan tidak dalam bentuk aslinya, tetapi dalam bentuk kode yang memiliki arti. Sedangkan menurut Daehler dan Bukatko, memori episodik adalah memori yang menerima dan menyimpan peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi.
            Hingga kini masih sulit dipastikan bagaimana dan sejauh mana hubungan antara kedua memori tersebut. Namun, sebagian ahli memperkirakan bahwa memori episodik mungkin dapat membuka jalan penyimpanan pengetahuan yang bersifat semantik. Best berpendapat bahwa antara item pengetahuan episodik dengan item pengetahuan semantik terdapat hubungan yang memungkinkan bergabungnya item episodik dalam memori semantik. Dalam hal ini, item pengetahuan dalam memori episodik dapat diproses/dimodifikasi oleh sistem aka kita menjadi item-item yang berbentuk arti-arti sehingga memperoleh akses ke memori semantik. Di luar kemungkinan proses ini, belum ada keterangan lain yang lebih akurat mengenai cara dan sifat penggabungan antara memori episodik dengan memori semantik.
B. Fungsi, Sifat, dan Jenis Memori.
Secara teori dapat kita dibedakan adanya tiga aspek dalam berfungsinya ingatan itu, yaitu :
a.       mencamkan, yaitu menerima kesan-kesan;
b.      menyimpan kesan-kesan;
c.       memproduksikan kesan-kesan.
Atas dasar kenyataan inilah, maka biasanya ingatan didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan.
Pensifatan yang diberikan kepada ingatan juga lalu diberikan kepada masing-masing aspek itu. Ingatan yang baik mempunyai sifat-sifat : cepat atau mudah mencamkan, setia, teguh, luas,dalam menyimpan dan siap atau sedia dalam mereproduksikan kesan-kesan.
Ingatan cepat artinya mudah dalan mencamkan sesuatu hal dalam menjumpai kesukaran. Ingatan setia artinya apa yang telah diterima (dicamkan) itu akan disimpan sebaik-baiknya, tak kan berubah-ubah, jadi tetap cocok dengan keadaan waktu menerimanya. Ingatan teguh artinya dapat menyimpan kesan dalam waktu yang lama, tidak mudah lupa. Ingatan luas artinya dapat menyimpan banyak kesan-kesan. Ingatan siap artinya mudah dapat mereproduksi kesan yang telah disimpannya.                                                                   
         Atkinson dan Shiffrin (1968) mengajukan suatu teori atau model tentang pemrosesan informasi dalam memori manusia yang menyatakan bahwa informasi diproses dan disimpan dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu Sensory Memory, Short-term Memory, dan Long-term Memory (Huit, 2003; Flavell, 1985; Woolfolk, 2004; Gagne, 1985). Model pemrosesan informasi Atkinson dan Shiffrin ini dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Sensory Memory (SM)
Informasi masuk ke dalam sistem pengolah informasi manusia melalui
berbagai saluran sesuai dengan inderanya. Sistem persepsi bekerja pada
informasi ini untuk menciptakan apa yang kita pahami sebagai persepsi.
Karena keterbatasan kemampuan dan banyaknya informasi yang masuk, tidak
semua informasi bisa diolah. Informasi yang baru saja diterima ini
disimpan dalam suatu ruang sementara (buffer) yang disebut sensory memory.
Durasi suatu informasi dapat tersimpan di dalam sensory memory ini sangat
singkat, kurang dari 1/2 sekon untuk informasi visual dan sekitar 3 sekon
untuk informasi audio. Tahap pemrosesan informasi tahap pertama ini sangat
penting karena menjadi syarat untuk dapat melakukan pemrosesan informasi
di tahap berikutnya, sehingga perhatian pembelajar terhadap informasi yang
baru diterimanya ini menjadi sangat diperlukan. Pembelajar akan memberikan
perhatian yang lebih terhadap informasi jika informasi tersebut memiliki
fitur atau ciri khas yang menarik dan jika informasi tersebut mampu
mengaktifkan pola pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (prior
knowledge).
b. Short-term Memory (STM) atau "Working Memory"
Short-term memory atau working memory berhubungan dengan apa yang sedang
dipikirkan seseorang pada suatu saat ketika menerima stimulus dari
lingkungan. Durasi suatu informasi tersimpan di dalam short-term memory
adalah 15 – 20 sekon. Durasi penyimpanan di dalam short-term memory ini
akan bertambah lama, bisa menjadi sampai 20 menit, jika terdapat
pengulangan informasi. Informasi yang masuk ke dalam short-term memory
berangsur-angsur menghilang ketika informasi tersebut tidak lagi
diperlukan. Jika informasi dalam short-term memory ini terus digunakan,
maka lama-kelamaan informasi tersebut akan masuk ke dalam tahapan
penyimpanan informasi berikutnya, yaitu long-term memory.
c. Long-term Memory (LTM)
Long-term memory merupakan memory penyimpanan yang relatif permanen, yang dapat menyimpan informasi meskipun informasi tersebut mungkin tidak
diperlukan lagi. Informasi yang tersimpan di dalam long-term memory
diorganisir ke dalam bentuk struktur pengetahuan tertentu, atau yang
disebut dengan schema. Schema mengelompokkan elemen-elemen informasi
sesuai dengan bagaimana nantinya informasi tersebut akan digunakan,
sehingga schema memfasilitasi akses informasi di waktu mendatang ketika
akan digunakan (proses memanggil kembali informasi). Dengan demikian,
keahlian seseorang berasal dari pengetahuan yang tersimpan dalam bentuk
schema di dalam long-term memory, bukan dari kemampuannya untuk melibatkan
diri dengan elemen-elemen informasi yang belum terorganisasi di dalam
long-term memory (Merrienboer dan Sweller, 2005).
         Penyimpanan informasi dalam long-term memory dapat diumpamakan seperti peristiwa yang terjadi pada penulisan data ke dalam disket atau hardisk
komputer atau pun perekaman suara ke dalam kaset. Kapasitas penyimpanan
dalam long-term memory ini dapat dikatakan tak terbatas besarnya dengan
durasi penyimpanan seumur hidup. Kapasitas penyimpanan disebut tak
terbatas dalam arti bahwa tidak ada seseorang pun yang pernah kekurangan
“ruang” untuk menyimpan informasi baru, berapa pun umur orang tersebut.
Durasi penyimpanan seumur hidup diartikan sebagai informasi yang sudah
masuk di dalam long-term memory tidak akan pernah hilang, meskipun bisa
saja terjadi informasi tersebut tidak berhasil diambil kembali (retrieval) karena beberapa alasan.

                                                                                                                    
C. Lupa dan Faktor-faktor yang Menyebabkannya.
Soal mengingat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian saja, yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari segi yang berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat (tak dpat diingat kembali.
            Lupa (forgetting) adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau meproduksi kembali apa sebelumnya yang telah dipelajari. Secara sederhana, Gulo dan Reber mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian, kelupaan bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
            Pada umumnya orang percaya bahwa lupa terutama disebabkan oleh lamanya tenggang waktu antara saat terjadinya proses belajar sebuah materi dengan saat pengungkapannya. Namun berdasarkan hasil-hasil penelitian, ternyata anggapan seperti itu nyaris tidak terbukti.
Faktor-faktor Penyebab Lupa.
  • Karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa;
  • Karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja maupun tidak;
  • Karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali;
  • Karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu;
  • Menurut law of disuse (Hilgard dan Bower), lupa dapat terjadi materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa;
  • Karena perubahan urat syaraf otak.


D. Kiat-kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar.
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adaah dengan cara meningkatkan daya ingat akal kita. Banyak ragam yang dapat dicoba dalam meningkatkan daya ingatan, antara lain menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990), adalah sebagai berikut.
1. Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Maksudnya adalah melakukan pembelajaran atas respons di luar kebiasaan. Misalnya pembacaan teks Pancasila pada setiap hari Senin dan Sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.
2. Extra Study Time (tambahan waktu belajar) adalah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktifitas belajar.
3. Mnemonic Device (muslihat memori) atau yang juga sering disebut mnemonic yang berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal. Muslihat mnemonik ini banyak ragamnya, diantaranya adalah rima, singkatan, sistem kata pasak, metode losai, dan sistem kata kunci.
4. Pengelompokkan, maksudnya adalah menata ulang item-iten materi menjadi kelompok-kelompok kecil yanhg dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
5. Latihan terbagi, yaitu latihan terkumpul yang dilakukan untuk menghindari cramming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat.
  1. Pengaruh letak bersambung, yaitu dengan cara menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata yang harus diingat serta diberi huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat.
         Ada salah satu teknik yang paling terkenal untuk peningkatan ingatan, disebut metode PQ4R, yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar dan mengingat materi yang disajikan dalam suatu buku teks ( Thomas dan Robinson, 1972). Metode ini mengambil nama dari singkatan huruf  pertama keenam tahapannya :
1) Preview (penjajakan), untuk mendapatkan  tentang berbagai topik pokok dan bagiannya.
2) Questions (mengajukan pertanyaan-pertanyaan), membuat pertanyan untuk setiap bagian.
3) Read (membaca), membaca bagian itu dengan teliti untuk menjawab pertanyaan.
4) Reflect (merefleksikan), merefleksikan teks pada waktu membaca ,memikirkan, dan menghubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
5) Recite (menceritakan), mengulang setelah menyelesaikan satu bagian.
6) Review (mengulang), seteleh menyelesaikan satu bab penuh.
Ringkasnya metode ini bergantung pada tiga prinsip dasar untuk meningkatkan ingatan : mengorganisasi materi, menguraikan materi, dan melatih pengingatan kembali. Kebanyakan metode belajar yang dikemukakan oleh para pendidik dan para ahli lainnya berdasarkan pada prinsip yang sama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar